Jumat, 27 Agustus 2010

Apakah Kita Semua Harus Berkata-kata Dengan Bahasa Roh?

Penulis : Manfred T.
Brauch
"Aku suka, supaya
kamu semua
berkata-kata dengan
bahasa roh, tetapi
lebih daripada itu,
supaya kamu
bernubuat." 1
Korintus 14:5 Ucapan
Paulus dalam 1
Korintus 14:5 dan
pembahasan
sekitarnya mengenai
kehadiran dan fungsi
karunia-karunia
rohani dalam diri
orang-orang beriman
telah menimbulkan
banyak pertanyaan:
Apa kedudukan
"bahasa roh" di
dalam jemaat?
Apakah orang-orang
yang telah
mendapatkan
karunia rohani ini
menjadi orang
Kristen yang lebih
saleh, lebih terbuka
terhadap pekerjaan
Roh Kudus,
dibandingkan
mereka yang belum
mendapatkannya?
Apakah Paulus
bermaksud
mengatakan bahwa
semua orang Kristen
harus mendapatkan
karunia ini? Atau
sebaliknya semua
orang harus
berpartisipasi dalam
pekerjaan nubuat,
dan memberikan
tempat yang tidak
penting untuk
"berkata-kata
dengan bahasa roh"?
Beberapa orang
Kristen, atas dasar
teks ini dan teks-
teks lainnya, merasa
lebih tinggi, atau
lebih lengkap, karena
mereka memiliki
karunia bahasa roh,
dan bersama-sama
Paulus berharap
bahwa saudara-
saudara seiman
mereka dapat
memiliki pengalaman
yang sama ini.
Orang-orang Kristen
lainnya, atas dasar
teks yang sama,
menganggap
glossolalia ini (dari
bahasa Yunani
glossai "lidah")
perwujudan dari
iman yang primitif
dan tidak dewasa,
dan menganggap
ketiadaan karunia
atau pengalaman ini
sebagai tanda
kedewasaan yang
lebih besar. Yang
lainnya lagi, melihat
iman yang
bersemangat dan
antusias, dan juga
kesaksian dari
beberapa orang yang
memiliki karunia
berkata-kata dengan
bahasa roh, merasa
bahwa mereka tidak
berjalan seiring
dengan Roh Allah dan
sungguh-sungguh
merindukan atau
mencari pengalaman
Roh yang akan
menimbulkan
semangat pada iman
yang statis.
Masalah di atas,
yang sedikit banyak
sudah ada di
sebagian gereja
sepanjang sejarah
gereja telah muncul
kembali akhir-akhir
ini dalam sebuah
bentuk yang dikenal
dengan nama
gerakan kharismatik
(dari kata bahasa
Yunani charisma
"karunia"). Karena
gerakan ini telah
masuk ke dalam
semua golongan
gereja dan
mempengaruhi
orang-orang beriman
dalam hampir semua
tradisi Kristen, kita
sangat perlu
mengerti ucapan
Paulus yang sulit ini.
Sebuah definisi
singkat tentang
istilah-istilah yang
digunakan oleh
Paulus akan
bermanfaat. Dua
aktivitas yang
dipertentangkan
dalam ucapan sulit
ini adalah "berkata-
kata dengan bahasa
roh" dan
"bernubuat."
Fenomena "bahasa
roh" yang
dinyatakan oleh
Paulus sebagai
karunia (bahasa
Yunani, karisma) dari
Roh Kudus ini (1
Korintus 12-14)
harus dibedakan
secara jelas dari
fenomena yang
menyertai
pencurahan Roh
Kudus pada hari
Pentakosta (Kisah
Para Rasul 2:1-12).
Dalam Kisah Para
Rasul, Roh Kudus
memampukan
murid-murid Yesus
untuk "berkata-kata
dalam bahasa-
bahasa lain" (glossai
Kisah Para Rasul 2:4,
11) sedemikian rupa
sehingga para
pendengarnya, yang
terdiri dari orang-
orang dari berbagai
kelompok bahasa di
seluruh daerah
Yunani Roma,
mendengar mereka
berbicara mengenai
kabar baik tentang
Yesus (Kisah Para
Rasul 2:6, 8) dalam
bahasanya masing-
masing (bahasa
Yunani, dialekton
"dialek/bahasa"). Di
sini jelas terjadi
pernyataan dan
pendengaran yang
penuh keajaiban di
mana artinya yang
jelas terungkap dan
diterima pendengar.
Penafsiran Paulus
tentang fenomena
ini juga
menunjukkan bahwa
hal tersebut harus
dimengerti sebagai
pernyataan yang
jelas tentang
kebesaran Allah. Ia
mengutip nubuat
dalam Yoel 2:28-32,
di mana pencurahan
Roh Kudus itu
menimbulkan nubuat
(Kisah Para Rasul
2:17-18).
Di Korintus, di pihak
lain, fenomena
bahasa roh yang
dirisaukan Paulus
diidentifikasi sebagai
"bahasa yang tidak
dimengerti": tidak
seorangpun
mengerti hal ini (1
Korintus 14:2);
bahasa itu perlu
ditafsirkan jika ingin
membangun jemaat
(14:5); bahasa ini
dikontraskan dengan
"kata-kata yang
jelas" (14:9, 19) dan
"banyak macam
bahasa...tidak ada
satu pun di
antaranya yang
mempunyai bunyi
yang tidak
berarti" (14:10);
bahasa ini tidak
mencakup akal budi
(14:14); orang lain
tidak tahu apa yang
dikatakan (14:16).
Paulus
membandingkan
karunia "bahasa roh"
ini dengan karunia
"nubuat". Kita harus
berhati-hati sejak
awal untuk tidak
memberikan
gagasan yang
terbatas pada kata
nubuat. Kata ini tidak
hanya berarti
"meramalkan masa
yang akan datang."
Nubuat kadang-
kadang mencakup
unsur peramalan ini
(baik di antara nabi-
nabi Perjanjian Lama
maupun nabi-nabi
Kristen), tetapi aspek
ini tidak eksklusif
ataupun utama.
Nabi-nabi Israel
terutama
menunjukkan Firman
Allah pada
kenyataan yang
sekarang. Ini juga
merupakan aspek
utama dari
pemberitaan Injil
dalam kekristenan
awal yang mula-
mula. Dalam Kisah
Para Rasul, nubuat
Yoel (bahwa "anak-
anakmu laki-laki dan
perempuan akan
bernubuat" Kisah
Para Rasul 2:17-18)
terpenuhi dalam
pernyataan tentang
apa yang telah
dilakukan Allah
dalam Yesus Kristus
(Kisah Para Rasul
2:22-36).
Dalam 1 Korintus 11,
berdoa dan
bernubuat
dibicarakan sebagai
dua aspek khas dari
orang Kristen dalam
ibadah jemaat. Doa
ditujukan kepada
Tuhan, sedangkan
nubuat berarti
menunjukkan Firman
Tuhan kepada
jemaat yang
beribadah. Dalam 1
Korintus 14:19-33,
aktivitas nabi-nabi
Kristen diartikan
menyampaikan isi
wahyu ilahi kepada
jemaat demi
pengajaran dan
dorongan. Tujuan
perkataan nabi ini
sangat penting daam
kontras antara
nubuat dengan
berkata-kata dalam
bahasa roh, yaitu
untuk membangun,
menasihati, dan
menghibur (1
Korintus 14:3).
Kita dapat meringkas
perbedaan di atas
sebagai berikut:
Paulus memahami
"bahasa roh"
sebagai ucapan yang
bersemangat dan
penuh gairah, tetapi
tidak jelas tanpa
penafsiran.
Tempatnya yang asli
dan sesuai adalah
dalam doa (1
Korintus 14:2, 16). Ia
memahami "nubuat"
sebagai pernyataan
wahyu yang
bersemangat
(mungkin mencakup
Injil, yaitu tindakan
Allah di dalam
Kristus, dan
pengungkapan yang
lebih jauh dari tujuan
Allah berdasarkan
kejadian itu), yang
disampaikan pada
gereja dalam bentuk
perkataan yang jelas
untuk
pertumbuhannya
yang terus menerus.
Dengan latar
belakang dan definisi
ini kita sekarang siap
untuk mengikuti
argumentasi Paulus
tentang ucapan yang
sulit ini.
Konteks yang lebih
luas terdapat
sebelum bab 12-14,
di mana Paulus
membicarakan
masalah-masalah
dalam kehidupan
masyarakat gereja,
khususnya dalam
konteks ibadah.
Prinsip yang utama
dan pokok untuk
tindakan Kristen
adalah prinsip
kemajuan rohani.
Semua kehidupan
dan tindakan Kristen
seharusnya diatur
oleh pertanyaan:
Apakah ini
bermanfaat bagi
orang lain? Apakah
hal ini menimbulkan
keselamatan dan/
atau pertumbuhan
iman mereka?
Apakah ini baik untuk
mereka? (1 Korintus
8:1, 9, 13, 9:12,
19-22; 10:23-24,
31-33; 11:21, 33).
Prinsip ini terus
berlanjut sebagai
lintasan pedoman
dalam pembahasan
Paulus tentang
kedudukan dan
fungsi karunia rohani
dalam 1 Korintus
12-14. Fokus dari
pembahasan
tersebut adalah
manfaat relatif dari
"bahasa roh" dan
"nubuat" (bab 14).
Tetapi Paulus
menggunakan
"nubuat" untuk
membahas apa yang
nampaknya
merupakan masalah
inti di Korintus: sikap
meninggikan karunia
berkata-kata dengan
bahasa roh
sedemikian rupa
sehingga karunia-
karunia lainnya dan
juga orang-orang
yang memiliki
karunia itu
diremehkan. Orang-
orang yang
menggunakan
bahasa roh jelas
melihat karunia ini
sebagai tanda
kerohanian yang
lebih tinggi.
Pandangan semacam
ini biasanya muncul
secara alamiah di
antara sekelompok
orang beriman di
Korintus yang
merasa yakin bahwa
mereka telah
dibebaskan dari
semua hubungan
tanggung jawab dan
masalah etika
praktis (Lihat
pembahasan tentang
"orang-orang yang
tinggi rohani" di
Korintus dalam bab
15-17 di atas. Dalam
ibadah, orang-orang
yang tinggi rohani ini
merasa bangga
dalam fenomena
wahyu sebagai
pengesahan terakhir
bahwa mereka
bebas dari eksistensi
yang terikat pada
bumi, termasuk
kata-kata yang
rasional dan jelas.
Pertanyaan Paulus
kepada mereka
dalam hal ini, seperti
juga pertanyaan
yang lebih awal
sehubungan dengan
masalah lain, adalah:
Bagaimana peranan
karunia ini untuk
keselamatan atau
untuk membangun
orang lainnya, dan
bukan hanya diri
sendiri? (1 Korintus
14:4). Dasar untuk
mengatasi masalah
ini dijelaskan dengan
teliti dalam bab
12-13. Singkatnya,
pemikiran Paulus
berkembang sebagai
berikut: Ada
bermacam-macam
karunia untuk orang
beriman, tetapi
semuanya itu
berasal dari Roh Allah
(1 Korintus 12:4-6).
Implikasinya adalah
tidak seorang pun
memiliki alasan
untuk merasa
bangga! Perwujudan
dari Roh yang satu ini
dalam bermacam-
macam karunia itu
adalah demi
kepentingan
bersama (1 Korintus
12:7). Jadi,
dimilikinya karunia
khusus itu bukanlah
demi keuntungan
pribadi seseorang.
Rohlah yang
menentukan
bagaimana karunia
itu dibagikan (1
Korintus 12:11).
Karena itu, pemilik
dari satu karunia
tertentu tidak
mempunyai alasan
untuk merasa lebih
disukai secara
khusus atau dalam
pengertian tertentu
lebih tinggi daripada
seseorang yang
tidak memiliki
karunia yang sama.
Rangkaian pemikiran
ini kemudian
ditunjang oleh
gambaran jemaat
sebagai tubuh
Kristus, yang
dibandingkan dengan
anggota tubuh
manusia yang hidup
(1 Korintus 12:12-27).
Tujuannya yang
utama adalah untuk
menyatakan bahwa
walaupun ada
bermacam-macam
orang dan karunia
dalam gereja, tidak
boleh ada
perpecahan; masing-
masing bagian harus
memperhatikan
bagian yang lainnya
(1 Korintus 12:25).
Setelah menekankan
penting dan
ab412nya semua
anggota tubuh, dan
juga karunianya
yang bermacam-
macam, Paulus
kemudian
melanjutkan dengan
menunjukkan bahwa
sehubungan dengan
prinsip-prinsip yang
membimbing
kehidupan dan
tindakan Kristen
yaitu agar orang-
orang lain dapat
diselamatkan dan
dibangun beberapa
panggilan dan
karunia lebih utama,
lebih mendasar dari
yang lain, dan
memberikan
sumbangan yang
lebih langsung dan
besar terhadap
tujuan itu. Walaupun
Paulus memulai
daftar panggilan
karunia itu dengan
cara menyebutkan
satu demi satu
("pertama rasul,
kedua nabi, ketiga
guru" 1 Korintus
14:28), ia tidak
melanjutkan
penyebutan itu pada
daftar karunia yang
tersisa. Pelayanan
rangkap tiga dari
kata itu yaitu
kesaksian Rasul yang
mendasar bagi Injil,
pemberitaan Injil
nabi pada gereja,
dan pengajaran
tentang arti dan
implikasi praktis dari
Injil jelas merupakan
yang utama,
sedangkan aktivitas-
aktivitas lainnya
yang ditandai oleh
karunia-karunia itu
(1 Korintus 14:28)
bersifat tergantung
dan sekunder
terhadap pelayanan
tersebut.
Penyebutan bahasa
roh di urutan
terakhir tidak harus
berarti bahwa
karunia inilah yang
"paling kecil"
berdasarkan urutan
hirarkisnya (karena
kelima karunia itu
tidak diberi nomor).
Lebih mungkin
Paulus
menyebutkannya
paling akhir karena
bagi jemaat yang
antusias di Korintus
kata ini terletak di
paling atas. Tetapi,
sudah jelas bahwa
"bahasa roh" ini
termasuk ke dalam
sekelompok karunia
yang satu tingkat
lebih rendah
daripada pelayanan
nubuat. Hal ini
ditegaskan oleh
kalimat penutup
Paulus dalam
Korintus 12:31, "Jadi
berusahalah untuk
memperoleh
karunia-karunia
yang utama." Dapat
diduga dari
lanjutannya dalam
bab 14 bahwa
pemberitaan nabi
(khotbah) dan
pengajaran adalah
"karunia-karunia
yang utama" itu.
Desakan untuk
memperoleh
karunia-karunia
yang utama diikuti
oleh panggilan
menuju daya tarik
yang lebih besar,
"Dan aku
menunjukkan
kepadamu jalan
yang lebih utama
lagi" (1 Korintus
12:31 "jalan yang
lebih baik lagi,"
Alkitab versi RSV).
Yang lebih baik lagi
daripada berusaha
memperoleh
karunia-karunia
yang lebih utama,
menurut Paulus,
adalah mengikuti
jalan kasih (1
Korintus
13:1).Karena, seperti
ditunjukkannya
dengan sangat
mengesankan di bab
13, karunia yang
kecil maupun besar
suatu hari akan
lenyap. Tetapi kasih
abadi. Paulus
mungkin
mengungkapkan
panggilan yang luar
biasa terhadap kasih
ini karena ia
mengetahui bahwa
kasih itu secara
murni ditujukan
kepada orang lain
dan akan menjadi
kekuatan yang
memberi semangat
untuk mencari
karunia-karunia
yang membangun
orang lain. Karena itu
"kejarlah kasih itu
dan usahakanlah
dirimu memperoleh
karunia-karunia Roh,
terutama karunia
untuk bernubuat" (1
Korintus 14:1).
Sekarang kita sudah
siap untuk
membahas secara
khusus hakikat,
fungsi, dan manfaat
relatif dari bahasa
roh dan nubuat (di
dalam ucapan yang
sulit itu). "Bahasa
roh" adalah bahasa
hati, yang ditujukan
kepada Allah (1
Korintus 14:2).
"Nubuat" adalah
kata-kata Allah yang
ditujukan kepada
manusia untuk
menasihati dan
menghibur (1
Korintus 14:3).
"Bahasa roh" pada
pokoknya
merupakan masalah
pribadi; bahasa roh
ini membangun diri
sendiri. "Nubuat"
merupakan masalah
umum, nubuat ini
membangun jemaat
(1 Korintus 14:4).
Paulus menegaskan
perlunya dimensi
pribadi dan juga
dimensi umum dari
karunia-karunia
yang berlawanan
tersebut ketika ia
mengungkapkan
harapannya agar
mereka semua
memiliki karunia
bahasa roh, dan
kemudian segera
melanjutkan
harapan itu dengan
harapa yang lebih
besar, "tetapi lebih
daripada itu, supaya
kamu bernubuat" (1
Korintus 14:5).
Pengalaman pribadi
yang
menggairahkan,
khususnya dalam
keakraban hubungan
doa seseorang
dengan Allah, tidak
seharusnya ditolak
("Janganlah
melarang orang yang
berkata-kata dengan
bahasa roh" 1
Korintus 14:39).
Paulus mengetahui
nilainya dari
pengalaman pribadi
(1 Korintus 14:18).
Dalam konteks
ibadah jemaat
sekalipun, bahasa
roh ini bisa
bermanfaat jika
dijelaskan melalui
penafsiran (1
Korintus 14:5)
sehingga orang-
orang lain dapat
"dibangun" (1
Korintus 14:16-17).
Karena "bahasa roh"
itu dikenal sebagai
karunia Roh dan
diberikan oleh Roh
Allah, Paulus dapat
mengatakan, "Aku
suka, supaya kamu
semua berkata-kata
dengan bahasa roh."
Ini akan merupakan
bukti bahwa Roh
bekerja di dalam diri
mereka. Walaupun
demikian, prinsip
pelaksananya (yaitu
demi kebaikan orang
lain) membawanya
tanpa syarat kepada
pilihan terhadap
pemberitaan nubuat,
"Tetapi dalam
pertemuan jemaat
aku lebih suka
mengucapkan lima
kata yang dapat
dimengerti untuk
mengajar orang lain
juga, daripada
beribu-ribu kata
dengan bahasa
roh" (1 Korintus
14:19).
Analisa ini membawa
kita pada ringkasan
kesimpulan sebagai
berikut: Tidak
satupun karunia Roh
bersifat mutlak;
hanya kasih yang
mutlak. Karena itu,
memiliki atau
menggunakan
karunia yang
manapun bukan
merupakan tanda
kedewasaan rohani.
Seseorang yang
beriman harus
terbuka terhadap
karunia Roh dan jika
mereka
menerimanya,
mereka harus
menggunakannya
dengan rasa syukur
dan rendah hati.
Setiap pencarian
karunia tertentu
secara sungguh-
sungguh harus
dipimpin oleh
keinginan untuk
melibatkan diri
dalam membangun
jemaat sehingga
seluruh umat Allah
benar-benar dapat
menjadi alternatif
ilahi bagi
masyarakat manusia
yang sudah rusak.
Children of Light -
Serving with LOVE
through FAITH
Apapun juga yang
kamu perbuat,
perbuatlah dengan
segenap hatimu
seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk
manusia Kol 3:23
Karena bagiku hidup
adalah Kristus & mati
adalah keuntungan
Fil 1:21
Sumber: Ucapan
Paulus Yang Sulit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar