Senin, 30 Agustus 2010

Satu Orang percaya Seluruh Desa Diselamatkan

Pengantar Redaksi:
Setelah menempuh
perjalanan sekitar
dua jam melewati
jalan berbatu dan
menanjak, akhirnya
rombongan kami
sampai juga di desa
Kenalan. Sejenak
kami heran dan
kagum memandangi
sebuah gereja
dengan arsitektur
modern berdiri
megah di desa yang
terletak di lereng
barat gunung. GKJ
KENALAN, begitu
nama yang
terpampang di papan
di halaman gereja.
“Lebih bagus dan
lebih besar daripada
gerejaku.” bisik
seorang teman.
Beberapa saat
kemudian tampak
serombongan
jemaat memasuki
halaman gereja.
Hanya dalam waktu
kurang dari setengah
jam saja, gereja
berkapasitas 400-an
orang itu sudah
penuh sesak. Terasa
unik memang, di
sebuah desa
terpencil berdiri
gedung gereja yang
megah dengan
jemaat sebanyak itu.
Ya, sejarah lahirnya
gereja ini sangat
menarik. Sejak
Sudarmono, mantan
lurah desa Kenalan
dan istrinya, Sumari,
percaya pada Yesus
sekitar 30 tahun
yang lalu, saat ini
hampir seluruh
penduduk desa itu
beriman dan percaya
pada Yesus.
Bagaimana semua
itu bisa terjadi? Ikuti
kisah menarik di
bawah ini seperti
yang dituturkan
pasangan suami-istri
itu kepada Sari dan
Wawan dari majalah
BAHANA.
Sakit Sakit Keras Keras
Cerita ini berawal
dari sakitnya Sumari,
istriku tercinta.
Sudah sekitar tujuh
bulan dia tergeletak
lemah tak berdaya di
rumah akibat
penyakit yang tidak
jelas. Segala upaya
kulakukan demi
kesembuhan ibu dari
anak-anakku itu.
Beberapa
tetanggaku
menyarankan
supaya aku datang
pada “orang
pintar” yang cukup
terkenal di daerah
kami. Karena belum
percaya Yesus dan
terdorong keinginan
kuat supaya istriku
sembuh, aku turuti
saja saran mereka.
Hampir 10 dukun
sudah aku datangi
namun tidak ada
hasilnya. Bagaimana
bisa berhasil kalau
cara pengobatannya
aneh? Obat dari
dukun hanya berupa
segelas air putih
mentah yang diberi
bunga mawar,
kenanga, kanthil
dicampur arang dari
dupa yang telah
dibakar. Air segelas
itu harus diminum
sampai habis. Meski
tidak masuk akal,
entah kenapa aku
dan istriku percaya
dan menuruti
petunjuk dukun itu.
Sakit istriku tidak
kunjung sembuh
malah sebaliknya
semakin parah saja.
Setelah lelah,
berobat ke sana
kemari, aku datang
pada Pak Jasmin,
seorang penyuluh
pertanian yang
bertugas di desaku.
Aku ceritakan semua
tentang istriku dan
usaha yang telah
kulakukan. Kemudian
Pak Jasmin yang
juga anggota majelis
GKJ Ngablak itu
menawarkan untuk
mendoakan istriku
secara Kristen. Meski
belum pernah
mengenal Yesus, aku
rela saja istriku
didoakan dalam
nama Yesus karena
aku sangat ingin dia
sembuh. Tim doa GKJ
Ngablak yang terdiri
dari tujuh orang itu
lalu mengunjungi
rumahku. Mereka
bersatu hati
mendoakan istriku
yang semakin hari
semakin lemah saja.
Sebelum pulang,
mereka
menganjurkan
supaya istriku
dibawa ke dokter
saja. Herannya,
istriku langsung
menuruti anjuran
mereka padahal
sebelum itu dia tidak
pernah mau kalau
diajak berobat ke
dokter. Mungkin
Tuhan sendiri yang
membuka hatinya.
Hasil pemeriksaan
dokter membuat
hatiku miris.
Bagaimana tidak?
Ternyata ada tumor
yang cukup ganas
bersarang di rahim
istriku. Dengan hati
sedih, aku
membawanya ke RS
Dr. Karyadi untuk
mendapatkan
perawatan yang
lebih intensif.
Menurut dokter, akar
tumor itu sudah
menjalar ke mana-
mana sehingga tidak
dapat diangkat.
Satu-satunya
pengobatan adalah
dengan cara disinar
saja. Namun itu pun
tidak dapat segera
dilaksanakan karena
Hb istriku terlalu
rendah. Baru setelah
seminggu dirawat,
istriku dapat disinar
(dibestral). Di rumah
sakit itu, istriku
tinggal sekamar
dengan pasien
kanker kandungan
lainnya. Selama
dirawat tiga bulan,
istriku menyaksikan
teman-teman
sekamarnya
meninggal satu per
satu. Hanya dia yang
dapat bertahan.
Peristiwa tersebut
tidak membuat
istriku takut ataupun
patah arang. Dia
tetap semangat
bahkan punya
kemantapan dapat
sembuh dari
penyakit ini.
Keyakinan ini
didapatkannya
setelah dia percaya
dan menerima Yesus
sebagai
Juruselamat.
Memang selama
dirawat di rumah
sakit, tim doa dari
GKJ Ngablak dengan
tekun membesuk
dan mendoakan
istriku. Dukungan
inilah yang
menyemangati
istriku untuk
bertahan hidup.
Bahkan, dia pun
mulai belajar berdoa
dengan cara Kristen.
Sejak mengenal
Yesus, aku juga rajin
berdoa dan
mengadakan
persekutuan doa di
rumahku seminggu
sekali. Itulah yang
menguatkan aku.
Pamit Pamit Pada Pada Warga Warga
Sementara itu,
keadaan istriku
semakin parah saja.
Suatu hari, dia
sempat tidak sadar
selama beberapa
saat. Saat kejadian
itu berlangsung, aku
sedang di rumah
sibuk memanen
tembakau. Saking
sibuknya, aku
sampai lupa berdoa.
Namun, Tuhan itu
tetap baik. Akhirnya,
istriku sadar
kembali. Jika
ditanya, apa yang
dirasakan selama
tidak sadar 30 menit
itu istriku selalu
tidak dapat
menjelaskan. Selama
sakit, istriku pernah
bermimpi didatangi
oleh seorang laki-laki
berkerudung putih.
Laki-laki yang
wajahnya tidak
begitu jelas itu lalu
menjamah dan
menyembuhkannya.
Betapapun aku
sudah berdoa dan
beriman pada Yesus,
sisi kemanusiaanku
masih saja muncul.
Hatiku tetap diliputi
keraguan, apakah
istriku benar-benar
dapat sembuh? Data
medis menunjukkan,
secara akal manusia
istriku tidak dapat
disembuhkan lagi.
Namun ternyata
kuasa Tuhan
melampaui segala
akal manusia. Dari
hari ke hari, keadaan
istriku mulai
membaik. Aku
sangat percaya, ini
adalah pekerjaan
Tuhan saja. Karena
itu, aku semakin
percaya pada Yesus.
Kemantapan hatiku
untuk beriman pada
Yesus ini langsung
kusampaikan pada
warga. Suatu hari
aku mengumpulkan
beberapa tokoh
warga dari dua
dusun di bawah
pemerintahanku
dalam suatu
pertemuan yang
kami sebut dengan
rembug desa. Dalam
pertemuan ini, aku
menceritakan
tentang keadaan
istriku yang semakin
membaik karena
didoakan oleh Tim
Doa dari GKJ
Ngablak. Aku lalu
menyatakan
keinginanku untuk
percaya pada Yesus
dan memeluk agama
Kristen. Puji Tuhan,
beberapa tokoh itu
tanpa paksaan siapa
pun menyatakan
keinginan yang
sama.
Bersama dengan
mereka dan
didukung oleh
pendeta dan majelis
dari GKJ Ngablak,
aku merintis ibadah
di desaku.
Tempat Tempat Berpindah Berpindah - - pindah pindah
Sekitar 150 warga
yang berasal dari
tiga desa hadir
dalam kebaktian
perdana yang
diselenggarakan
pada minggu
pertama bulan April
1974. Kenyataan ini
sangat
menggembirakanku.
Kebahagiaanku
bertambah, tatkala
dokter mengizinkan
istriku dibawa
pulang karena
keadaannya sudah
membaik. Sebelum
pulang, aku sempat
bertanya kepada
dokter apakah
istriku benar-benar
sembuh. Dokter pun
menjawab, bahwa
kanker tidak dapat
sembuh total, harus
tetap kontrol ke
dokter. Aku pun
pasrah saja.
Kepulangan istriku
dari rumah sakit,
disambut gembira
oleh para warga.
Bayangkan, istriku
yang sakit sudah
sekian lama akhirnya
dapat sembuh hanya
oleh mukjizat dari
Tuhan. Kesembuhan
istriku, mendorong
153 warga desa
meminta untuk
dibaptis. Ya, akhirnya
hati mereka pun
terbuka dan
menerima Tuhan
Yesus sebagai Juru
Selamat pribadinya.
Itu terjadi pada bulan
Desember 1974 yang
kemudian dijadikan
tonggak berdirinya
gereja kami.
Selama kurang lebih
empat tahun, kami
tidak mempunyai
gedung gereja.
Kebaktian diadakan
berpindah-pindah
dari satu rumah ke
rumah lain. Hingga
suatu saat, muncul
kesadaran pada
warga untuk
memiliki sendiri
rumah ibadah.
Sebagai ungkapan
syukurku pada
Tuhan, aku
menyerahkan
sebidang tanah
untuk dibangun
gereja. Namun untuk
membangunnya
kami masih
membutuhkan dana
yang tidak sedikit.
Tuhan lalu
mengirimkan
hamba-Nya dari
Kanada untuk
membantu kami.
Dana sebanyak Rp.
1.700.000,00 yang
diberikannya sangat
berarti bagi kami.
Akhirnya, kerinduan
untuk memiliki
gedung gereja dapat
terwujud meski
masih sangat
sederhana. Walau
begitu, gedung
gereja kami dapat
membawa berkat
bagi warga desaku,
baik yang percaya
Yesus maupun tidak.
Gedung itu berfungsi
ganda. Hari Senin
hingga Sabtu,
tempat itu dipakai
untuk sekolah
sedangkan hari
Minggu untuk ibadah.
Seiring dengan
perkembangan
jemaat, gedung
gereja tidak mampu
lagi menampung
jemaat. Kami lalu
sepakat untuk
merenovasi dengan
bantuan beberapa
donatur. Kami juga
tetap melakukan
swadaya dengan
mengumpulkan hasil
panen tembakau
terbaik kami. Karena
itu, sekarang ada
istilah “mbako
grejo” (tembakau
gereja) untuk
menyebut tembakau
terbaik. Saat ini,
kami sudah
mempunyai gedung
gereja yang dapat
menampung 426
jemaat. Karena
itulah, pada bulan
November 2001 lalu
gereja kami akhirnya
didewasakan. GKJ
KENALAN, itulah
nama gereja kami.
Meski belum
mempunyai pendeta,
kegiatan kerohanian
di gereja kami tetap
bergairah.
Kelompok-kelompok
PA yang tersebar di
beberapa desa lain
aktif melakukan
kegiatannya. Ya,
kami memang selalu
rindu mempelajari
firman Tuhan.
Sejarah lahirnya
gereja kami sering
kali dianggap unik.
Oleh karenanya,
kami sering
mendapat kunjungan
dari saudara-
saudara seiman yang
berasal dari berbagai
denominasi. Saat ini,
hampir seluruh
warga di desa
Kenalan sudah
percaya pada Yesus
meski masih ada
beberapa warga
yang belum percaya.
Namun kami tetap
hidup damai dan
saling menghormati.
Sejak percaya Yesus,
hatiku merasa damai
dan tenteram.
Mukjizat-Nya terus
berlangsung dalam
kehidupanku.
Sumari, istriku
dinyatakan sembuh
total dari kanker
yang dideritanya
sejak tahun 1976. Ini
adalah mujizat yang
sangat besar karena
sebelumnya, dokter
memvonis dia tidak
bisa sembuh. Kini
sudah lebih dari 25
tahun, istriku tetap
sehat. Kalaupun
sakit, itu karena
faktor usia maklum
saja umurnya sudah
70 tahun. Untuk
mengisi hari tua,
kami berdua ingin
memberi hidup bagi
orang lain. Kami
punya kerinduan
untuk membantu
sesama yang masih
berkekurangan.
Bukan berarti hidup
kami sudah
berkelimpahan.
Justru di dalam
kesederhanaan ini,
kami ingin tetap
dapat membawa
berkat bagi sesama.
Itu sebagai tanda
ucapan syukur kami
pada Tuhan yang
telah memberikan
kasih-Nya pada
kami.
Sumber diedit dari:
Majalah Bahana Edisi
Juni 2002
http://
www.bahana-
magazine.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar